Ahlan Wasahlan (Selamat Datang) Saudaraku

Kamis, 14 Mei 2009

Tafsir Surat Al-Nas (2)

Tafsir Ayat

Surat al-Nas yang berjumlah enam ayat ini hampir semuaorang Muslim di dunia hafal dengan mudah, memiliki maknayang luar biasa. Pertama, kita hanya berlindung kepada Allah Swt, Rabb semesta alam yang telah menciptakan manusia dan seluruh yang ada baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu tidak ada yang pantas dijadikan sembahan kecualiAllah Swt dan tidak ada dijadikan perlindungan kecuali Allah Swt. Allah adalah al-Murabbi(pendidik), al-Muwajjih (pemberi arahan), al-Ra’iy (pemilik) al-Hâmi(pelindung) (Lihat Tafsir fi Zilal al-Qur’an).

Kenapa manusia mesti takut kepada orang lain dan merasa rendah diri di hadapan manusia padahal Allah-lah yang mestiditakuti. Hasbunnallah wani’ma al-wakîl ni’ma al-maula wa ni’ma al-nashîr.Bagi mereka penggiat dakwah sesungguhnya kekuatan iman merupakan sumbermotivasi dan titik bertolak. Tidak akan bergeser keyakinan dan kemantapan akidah untuk selalu dalam al-haq sekalipun cemoohan dan celaan orang-orang yang suka mencela (Qs.5:54).

Kedua, menegaskan sifat-sifat Allah Swt bahwa Dia-lah penguasa dan raja manusia, Sembahan dan Tuhan-Nya manusia. Perlu disadari bagi kaum muslimin bahwa kekuasaan mutlak milik Allah Swt. Adapun kekuasaan yang diberikan manusia bukanlah tujuan akhir melainkan sarana untuk mengajak manusia seluruhnya untuk beribadah kepada Allah Swt. Bukan sebaliknya, meraih tujuan kekuasaan itu dengan menghalalkan segala acara. Mencari alasan pembenar untuk mendapatkan kekuasaan sekalipun harus mengindahkan tujuan asasi manusia yaitu beribadah kepada Allah Swt dan tidak melakukan syirik kepada-Nya (Qs.24:55)serta mengajak manusia untuk selalu berbuat kebaikan, mendirikan shalat danmenunaikan zakat (Qs: 21:73). Perlu diingat, al-Ghâyah la Tubarrirual-Wasîlah (tujuan dengan tidak menghalalkan segala cara).

Ketiga, Kita berlindung kepada Allah Swt dari kejahatan yang tersembunyi yang membisikkan ke dalam dada manusia. Inilah bisikkan yang seringkali terjadi pada diri manusia apalagi manusia pada dasarnya memiliki qarîn(syetan yang menyerupai manusia) dan sering mengajak kepada perbuatan keji.Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Shahih, Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklahpada diri kalian kecuali terdapat qarin yang menyertai kalian”. Parashahabat bertanya: “Sekalipun dirimu, ya Rasulullah”. Nabi menjawab: “Ya,tetapi Allah Swt telah menolongku dan qarînku telah masuk Islam, maka tidaklah menyuruhku kecuali kebaikan”. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Anas ra bahwasanya Rasul Saw sedang beri’tikaf di Masjid kemudian malam harinyaia berjalan dengan istrinya pulang ke rumah maka Rasul Saw bertemu dengan dua orang anshar, kemudian dua orang itu melihat Rasul Saw dan mereka cepat-cepat berjalan. Kemudian Rasul memanggil mereka: “Berhenti, ini adalah Shafiyyahbinti Huyyay”. Dua anshar tadi menjawab: “Subhanallah”. Kemudian Rasul Saw bersabda: “Sesungguhnya syetan berjalan di peredaran darah dari anak adam, saya khawatir akan terdapat masuk dalam hati kamu perbuatan buruk”. (lihat Tafsir Ibnu Katsir).

Begitulah sikap yang dilakukan Rasulullah Saw menjelaskan persoalan yang dikhawatirkan akan terjadi sesuatu yang mengganjal pada diri dua orang anshar, Padahal sudah jelas yang berjalan bersamanya adalah istrinya Shafiyyah binti Huyyay, Begitu pula dua orang anshar tadi ketika ia melihat Nabi Saw tidak ada rasa curiga dan berburuk sangka. Demikianlah kisah sederhana ini hendaknya menjadi contoh yang baik bagi seorang da’i dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sejatinya, kebijakan dan keputusan yang dikeluarkan seorang da’i misalnya jangan sampai mengundang kecurigaan para mad’u. Paling tidak ia menjelaskan duduk perkaranya terlebih dahulu sehingga tidak sampai ada bisikan-bisikan yang tersembunyi yang sumbernya dari syetan terlebih kebijakan dan keputusannya menyangkut kemaslahatan baik di dunia maupun di akhirat.

Keempat, Bisikan yang masuk dalam diri manusia adalah bisikan syetan. Namun bisikan syetan ini melalui jin dan manusia. Adapun syetan jin, iaberbisik melalui dada manusia sebagaimana dijelaskan di atas tetapi syetan manusia, ia muncul dengan fisiknya secara jelas. Demikian pula para Nabi memiliki musuh yang sama yang terdiri dari syetan jin dan syetan manusia (Qs.6:116).(Lihat Tafsir al-Qurthubi).

Kisah yang paling menarik tentang godaan syetan ini ialah kisah Nabi Adam asdan istrinya. Mereka dilarang Allah Swt untuk tidak mendekati buah (Qs.2:35).Tapi bagaimana yang dilakukan syetan ketika itu, ia mengatakan bahwa laranganitu supaya Nabi Adam as tidak menjadi malaikat dan kekal di surga, sampai-sampai syetan bersumpah bahwa ia termasuk pemberi nasehat. Padahal nasehat itu adalah tipu daya syetan dan Allah kemudian menyebut syetan musuh yang nyata.(Qs.7:20-22). Adapun syetan jenis manusia adalah perilaku manusia yang menjelma seperti syetan dengan membisikkan secara langsung kepada manusia yang akan dibujuk dan dirayunya ke dalam kesesatan atau ke dalam perbuatan tercela.

Karena itu, kita harus berlindung kepada Allah Swt darigodaan dua syetan ini agar terhindar dari mara bahaya apalagi sebagai seorangda’i menjadi keharusan untuk selalu berlindung kepada Allah dari segala fitnahdan marabahaya. Untuk itu sering-seringlah kita membaca al-Qur’an dengan selalu memabaca ta’awwuz sebagaimana Allah Swt firmankan: “Apabila anda membaca al-Qur’an hendaknya meminta perlindungan kepada Allah dari syetan yang terkutuk” (Qs.16:98).

0 komentar:

Posting Komentar